Wawasanpublik.id-Samosir, Ustaz M. Sya’ban, dai pemberdaya Dompet Dhuafa, menjalankan aktivitas dakwah di wilayah pesisir Pulau Samosir, Sumatera Utara, dengan kondisi lapangan yang serba terbatas. Medan yang sulit, jarak tempuh yang jauh, hingga tekanan sosial menjadi bagian dari keseharian dakwahnya.
Di Desa Tambun Sungkean, Kecamatan Onan Runggu, ia membina pengajian ibu-ibu setiap siang dan kelompok bapak-bapak pada malam hari. Jumlah peserta berkisar 20–40 orang, datang dari sejumlah dusun sekitar. Sore harinya, ia mengajar dasar-dasar tauhid kepada anak-anak usia sekolah, dengan jumlah peserta sekitar 20 orang.
Tantangan muncul ketika anak-anak muslim di tingkat SMA diwajibkan mengikuti kegiatan kebaktian oleh pihak sekolah. Meski tidak sejalan dengan keyakinan mereka, aturan tersebut masih berlaku di beberapa institusi pendidikan. Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi Ustaz Sya’ban, yang berupaya mendampingi mereka agar tetap memiliki pegangan akidah yang jelas.
Wilayah binaan dai ini mencakup tiga kecamatan, dengan jarak tempuh yang dapat mencapai 30 kilometer dalam satu kali perjalanan. Sarana transportasi terbatas, begitu pula fasilitas dakwah. Namun, program pembinaan tetap berjalan, meski dalam sunyi, demi menjaga eksistensi komunitas muslim minoritas di tengah dominasi budaya dan keyakinan mayoritas.
Leave a Reply