Wawasanpublik.id–Samosir, Ustaz M. Sya’ban, seorang da’i pemberdaya dari Dompet Dhuafa Waspada, rutin menjalankan tugas dakwah di wilayah pesisir Pulau Samosir, Sumatera Utara. Ia menempuh perjalanan jauh melintasi perbukitan dan desa-desa terpencil demi memberikan pendidikan agama kepada anak-anak muslim yang tinggal di daerah mayoritas nonmuslim.
Pulau Samosir memiliki luas sekitar 640 kilometer persegi, terdiri dari sembilan kecamatan dan 121 desa. Mayoritas penduduk beragama Kristen dengan persentase 97,8 persen, sementara muslim sekitar 2,1 persen.
“Di sini tidak ada sekolah Islam. Jumlah muslim sangat sedikit dan tersebar di banyak desa. Masjid juga sangat terbatas. Anak-anak tidak punya akses memadai untuk belajar agamanya sendiri,” ujar Ustaz Sya’ban, Rabu (30/7).
Ia menyebut tantangan lainnya adalah keterbatasan fasilitas ibadah, larangan penggunaan pengeras suara, hingga sulitnya menemukan kebutuhan dasar seperti makanan halal. Meski begitu, ia tetap melanjutkan pengajaran dengan sistem kunjungan dari satu desa ke desa lain.
Sulaeman, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Waspada Sumatera Utara, mengakui bahwa program dakwah dan pemberdayaan di Samosir menghadapi berbagai hambatan. Penolakan dari sebagian masyarakat masih terjadi meski prosedur perizinan telah dilakukan secara resmi.
“Kami sudah membangun komunikasi dengan Pemprov, Kanwil Kemenag, Dinas Sosial, hingga aparat keamanan. Tapi intervensi program tetap terbatas karena faktor penerimaan di lapangan,” kata Sulaeman.
Dompet Dhuafa Waspada terus mengupayakan pendekatan kolaboratif untuk memperkuat kehadiran layanan dasar bagi masyarakat muslim di wilayah minoritas, termasuk pendidikan dan pemberdayaan ekonomi.
Memasuki usia 80 tahun kemerdekaan Indonesia, masih ditemukan wilayah-wilayah di mana umat beragama belum sepenuhnya mendapatkan ruang yang setara untuk menjalankan keyakinan dan memperoleh pendidikan dasar keagamaan.
Leave a Reply